Rabu, 29 Mei 2013

Ekstraksi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
      Ekstraksi adalah salah satu proses pemisahan atau pemurnian suatu senyawa dari campurannya dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material suatu bahan lainnya. Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan yang menggunakan sifat fisis, yaitu perbedaan kelarutan komponen-komponen dalam larutan dengan menggunakan larutan lain sebagai media pemisah. Pemisahan larutan dengan ekstraksi digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang mempunyai perbedaan titik didih yang relatif kecil tetapi mempunyai perbedaan kelarutan yang cukup besar dengan suatu pelarut. Ekstraksi cair-cair menggunakan prinsip kesetimbangan dengan perpindahan massa zat terlarut (fasa disperse) dan larutan yang diekstraksi kelarutan yang digunakan sebagai pelarut (fasa kontinu). Menurut Ladda (1976), ekstraksi cair-cair digunakan jika pemisahan dengan operasi lainnya tidak dapat dicapai seperti: distilasi, evaporasi, kristalisasi dan lain-lain. Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan suatu komponen dari fasa cair ke fasa cair lainnya.
      Minyak kulit jeruk merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang sering juga disebut dengan minyak eteris. Minyak atsiri atau minyak eteris adalah istilah yang digunakan untuk minyak yang mudah menguap dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda. Di Indonesia kulit buah jeruk biasanya hanya di buang sebagai sampah dan saat ini menjadi masalah di kota-kota besar. Untuk mengatasi masalah hal tersebut, salah satu upaya yang biasa dilakukan adalah mengolah atau mendaur-ulang sampah menjadi produk atau bahan yang berguna, yaitu minyak atsiri dari kulit jeruk. Proses pembuatan minyak kulit jeruk dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, diantaranya yaitu destilasi air, destilasi uap dan air dan destilasi uap. Dalam percabaan ekstraksi ini maka digunakan ekstraksi minyak atsiri kulit jeruk lemon karena mempermudah dalam proses destilasi dari bahan tersebut.

1.2  Tujuan
Untuk mengetahui cara mengekstraksi minyak atsiri dari tanaman jeruk lemon.
Untuk mengetahui manfaat dari ekstraksi tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian Ekstraksi Minyak Atsiri
      Prinsip ekstraksi adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut organik yang mudah menguap. Proses ekstraksi biasanya dilakukan dalam wadah (ketel) yang disebut ”extractor”. Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan dengan uap dan air, terutama untuk mengekstrak minyak dari bunga-bungaan misalnya bunga cempaka, melati, mawar, kenanga, lily, dan lain-lain. Pelarut yang biasanya digunakan dalam ekstraksi yaitu: petroleum eter, benzena, dan alkohol (Guenther, 1987).
Syarat pelarut yang digunakan (Guenther, 1987) sebagai berikut:
a.       Harus dapat melarutkan semua zat wangi bunga dengan cepat dan sempurna, dan sedikit mungkin melarutkan bahan seperti: lilin, pigmen, serta pelarut harus bersifat selektif.
b.      Harus mempunyai titik didih yang cukup rendah, agar pelarut mudah diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi.
c.       Pelarut tidak boleh larut dalam air. Pelarut harus bersifat inert, sehingga tidak bereaksi dengan komponen minyak bunga. Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam, dan jika diuapkan tidak akan tertinggal dalam minyak.
d.      Harga pelarut harus serendah mungkin, dan tidak mudah terbakar. Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah sebagai berikut:
·         Etanol
Etanol disebut juga etil alkohol yang di pasaran lebih dikenal sebagai alcohol merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Dalam kondisi kamar, etanol berwujud cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna.
·         n-heksana
Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14 . Awalan heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air.
           
2.2  Pengertian Destilasi
      Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
      Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton. 
      Distilasi juga bisa dikatakan sebagai proses pemisahan komponen yang ditujukan untuk memisahkan pelarut dan komponen pelarutnya. Hasil distilasi disebut distilat dan sisanya disebut residu. Jika hasil distilasinya berupa air, maka disebut sebagai aquadestilata (disingkat aquades)..

2.3  Macam – Macam Metode Destilasi
a.      Distilasi Sederhana
      Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol.
b.      Distilasi Fraksionisasi
      Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 °C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah
      Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.
c.       Distilasi Uap
      Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi uap adalah dapat mendistilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya. Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat didistilasi dengan air. Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
      Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu distilat.
d.      Distilasi Vakum
      Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode distilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem distilasi ini.
2.4 Pengertian Minyak Atsiri
Menurut Ketaren, 1983, Minyak atsiri yang dikenal dengan nama minyak eteris (essential oil) adalah minyak yang di hasilkan dari tanaman dan mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi. Minyak atsiri merupakan salah satu hasil metabolism dalam tanaman yang terbentuk karena reksi berbagai senyawa kimia dan air. Sifat dari minyak atsiri yang lain adalah mempunyai rasa getir, berbau sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organic seperti alcohol,eter, petroleum,benzene dan tidak larut dalam air
Menurut Gunawan & Mulyani, 2004,Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak  ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada suhu kamar mudah menguap. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri  mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan murni, minyak  atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri  dapat teroksidasi. Untuk mencegahnya, minyak atsiri ha rus disimpan dalam  bejana gelas yang berwarna gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan di  tempat yang kering dan sejuk).
Menurut Doyle dan Mungall, 1980, Minyak atsiri adalah minyak yang mudah menguap pada temperatur kamar  tanpa mengalami dekomposisi, tetapi minyak atsiri dapat rusak karena penyimpanan jika minyak atsiri dibiarkan lama. Minyak atsiri akan  mengabsorpsi oksigen dari udara sehingga akan berubah warna, aroma, dan kekentalan  sehingga sifat kimia minyak atsiri tersebut akan beruba. Minyak  atsiri tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik, dan berbau harum sesuai dengan tanaman penghasilnya
2.5  Deskripsi Tanaman Lemon
22.5.1  Klasifikasi Jeruk Lemon
Kerajaan:               Plantae
Divisi:              Magnoliophyta
Kelas:                     Magnoliopsida
Upakelas:              Rosidae
Ordo:                     Sapindales
Famili:                    Rutaceae
Genus:              Citrus
Spesies:             C. limon
2.5.2  Morfologi Jeruk Lemon
Habitus
Pohon, tinggi 3-4 m.
Batang
Tegak, bulat, percabangan simpodial, berduri, hijau.
Daun
Tunggal, berseling, lonjong, tepi rata, ujung dan
pangkal meruncing, panjang 7-8 cm, lebar 4-5 cm,
tangkai silindris, panjang 0,5-1 cm, hijau, pertulangan
menyirip, hijau.
Bunga
Majemuk, di ujung batang dan di ketiak daun,
tangkai segi tiga, panjang 1-1,5 cm, hijau, kelopak
bentuk bintang, hijau, benang sari panjang ± 1,5
cm, kepala sari bentuk ginjal, kuning, tangkai putik
silindris, panjang + 1 cm, kepala putik bulat, kuning,
mahkota lima helai, bentuk bintang, putih kekuningan.

Buah
Buni, bulat panjang, diameter 6-8 cm, kuning
kehijauan.
Biji
Bulat telur, berkerut, putih.
Akar
Tunggang, kuning.



2.5.3        Budidaya Jeruk Lemon
   Syarat tumbuh lemon
a.    Iklim
·      Kecepatan angin yg lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. utk daerah yg intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahan angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin.
·      Tergantung pada spesiesnya, lemon memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air yg cukup terutama di bulan Juli-Agustus.
·      Temperatur optimal antara 25-30°C namun ada yg masih dapat tumbuh normal pada 38°C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur 20°C.
·      Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yg terlindung dari sinar matahari.
·      Kelembaban optimum utk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%.

b.    Media Tanam
·      Tanah yg baik untuk budidaya lemon adalah lempung sampai lempung berpasir dgn fraksi liat 7- 27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik.
·      Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk lemon.
·      Derajat keasaman tanah (pH tanah) yg cocok utk budidaya jeruk lemon adalah 5,5–6,5 dgn pH optimum 6.
·      Air tanah yg optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk lemonmenyukai air yg mengandung garam sekitar 10%.
·      Tanaman jeruk lemon dapat tumbuh dgn baik di daerah yg memiliki kemiringan sekitar 30°.
               Cara Budidaya
a.    Pembibitan
ü Persyaratan Bibit
Bibit jeruk lemon yang biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif berupa penyambungan tunas pucuk. Bibit yg baik adalah yg bebas penyakit, mirip dgn induknya (true to type), subur, berdiameter batang 2-3 cm, permukaan batang halus, akar serabut banyak, akar tunggang berukuran sedang dan memiliki sertifikasi penangkaran bibit.
ü Penyiapan Bibit
Bibit yang biasa digunakan untuk budidaya lemon didapatkan dengan cara generatif dan vegetatif.
ü Teknik Penyemaian Bibit
a.       Cara generatif
Biji diambil dari buah dgn cara memeras buah yg telah dipotong. Biji dikering anginkan di tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya hilang. Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30-40 cm dan dibuat petakan persemaian berukuran 1,15-1,20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan 0,5-1 m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m². Biji ditanam dalam alur dgn jarak tanam 1-1,5 x 2 cm dan langsung disiram. Setelah tanam, persemaian diberi atap. Bibit dipindah tanam ke dalam polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3-5 bulan. Media tumbuh dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1).
b.      Cara Vegetatif Lemon
Metode yang lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (onderstam/rootstock) yg dipilih dari jenis lemon dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yg biasa digunakan oleh penangkar adalah Japanese citroen, Rough lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo citrange.
b.      Pengolahan Media Tanam Jeruk
      Jeruk lemon di tanam di lahan berlereng. Jika ditanam di suatu bukit perlu dibuat sengkedan/teras. Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari tanaman lain atau sisa-sisa tanaman. Jarak tanam bervariasi untuk setiap jenis jeruk dapat dilihat pada data berikut ini:
Sitrun (Citroen) : jarak tanam 6 x 7 m
Nipis : jarak tanam 4 x 4 m
      Lubang tanam hanya dibuat pada tanah yg belum diolah dan dibuat 2 minggu sebelum tanam. Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari lapisan atas tanah (25 cm). Tanah berasal dari lapisan atas dicampur dgn 20 kg pupuk kandang. Setelah penanaman tanah dikembalikan lagi ke tempat asalnya.
c.       Teknik Penanaman
      Bibit jeruk lemon dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia air untuk menyirami, tetapi sebaiknya ditanam diawal musim hujan. Sebelum ditanam, perlu dilakukan:
·         Pengurangan daun dan cabang yg berlebihan.
·         Pengurangan akar.
·         Pengaturan posisi akar agar jangan ada yang terlipat.
·         Setelah bibit ditaman, siram secukupnya dan diberi mulsa jerami, daun kelapa atau daun-daun yang bebas penyakit di sekitarnya. Letakkan mulsa sedemikian rupa agar tidak menyentuh batang untuk menghindari kebusukan batang. Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya saling menaungi, dapat ditanam tanaman sela baik kacang-kacangan/sayuran. Setelah tajuk saling menutupi, tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum penutup tanah yang sekaligus berfungsi sebagai penambah nitrogen bagi tanaman jeruk.
d.      Pemeliharaan Tanaman
a.       Penyulaman : Dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh.
b.      Penyiangan : Gulma dibersihkan sesuai dengan frekuensi pertumbuhannya, pada saat pemupukan juga dilakukan penyiangan.
c.       Pembubunan : Jika ditanam di tanah berlereng, perlu diperhatikan apakah ada tanah di sekitar perakaran yg tererosi. Penambahan tanah perlu dilakukan jika pangkal akar sudah mulai terlihat.
d.      Pemangkasan : Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tajuk pohon dan menghilangkan cabang yang sakit, kering dan tidak produktif/tidak diinginkan. Dari tunas-tunas awal yang tumbuh biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam yang kelak akan membentuk tajuk pohon. Pada pertumbuhan selanjutnya, setiap cabang memiliki 3-4 ranting atau kelipatannya. Bekas luka pangkasan ditutup dgn fungisida atau lilin untuk mencegah penyakit. Sebaiknya celupkan dulu gunting pangkas ke dalam Klorox/alkohol. Ranting yg sakit dibakar atau dikubur dalam tanah.
e.       Pemupukan : Pemberian jenis pupuk dan dosis (gram/tanaman) setelah penanaman adalah sebagai berikut:
·         1 bulan: Urea=100; ZA=200; TSP=25; ZK=100; Dolomit=20; P.kandang=20 kg/tan.
·         2 bulan: Urea=200; ZA=400; TSP=50; ZK=200; Dolomit=40; P.kandang=40 kg/tan.
·         3 bulan: Urea=300; ZA=600; TSP=75; ZK=300; Dolomit=60; P.kandang=60 kg/tan.
·         4 bulan: Urea=400; ZA=800; TSP=100; ZK=400; Dolomit=80; P.kandang=80 kg/tan.
·         5 bulan: Urea=500; ZA=1000; TSP=125; ZK=500; Dolomit=100; P.kandang=100 kg/tan.
·         6 bulan: Urea=600; ZA=1200; TSP=150; ZK=600; Dolomit=120; P.kandang=120 kg/tan.
·         7 bulan: Urea=700; ZA=1400; TSP=175; ZK=700; Dolomit=140; P.kandang=140 kg/tan.;
·         8 bulan: Urea=800; ZA=1600; TSP=200; ZK=800; Dolomit=160; P.kandang=160 kg/tan.
·         >8 bulan: Urea >1000; ZA=2000; TSP=200; ZK=800; Dolomit=200; P.kandang=200 kg/tan.
f.       Pengairan dan Penyiraman : Penyiraman jangan menggenangi batang akar. Tanaman diairi sedikitnya satu kali dalam seminggu pada musim kemarau. Jika air kurang tersedia, tanah di sekitar tanaman digemburkan dan ditutup mulsa.
g.      Penjarangan jeruk lemon : Pada tahun di mana pohon jeruk lemon berbuah lebat, perlu dilakukan penjarangan supaya pohon mampu mendukung pertumbuhan dan bobot buah serta kualitas buah terjaga. Buah yang dibuang meliputi buah yang sakit, yang tidak terkena sinar matahari (di dalam kerimbunan daun) dan kelebihan buah di dalam satu tangkai.
Hama dan penyakit
a.       Hama Tanaman Jeruk Lemon
Kutu loncat (Diaphorina citri.)
ü Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda.
ü Gejala: tunas keriting, tanaman mati.
ü Pengendalian: menggunakan insektisida bahan aktif dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC), Monocrotophos (Azodrin 60 WSC) dan endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC). Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, Selain itu buang bagian yang terserang.
Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)
ü Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga.
ü Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa.
ü Pengendalian: menggunakan insektisida dgn bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC), Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cygon), Diazinon (Basudin 60 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Malathion (Gisonthion 50 EC).
Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)
ü Bagian yang diserang adalah daun muda.
ü Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok.
ü Pengendalian: semprotkan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC, Basudin 60 EC), Malathion (Gisonthion 50 EC, 50 WP), Diazinon (Basazinon 45/30 EC). Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.
Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp)
ü Bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah.
ü Gejala: bercak keperak-perakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun.
ü Pengendalian: semprotkan insektisida Propargite (Omite), Cyhexation (Plictran), Dicofol (Kelthane), Oxythioquimox (Morestan 25 WP, Dicarbam 50 WP).
Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)
ü Bagian yang diserang adalah buah.
ü Gejala: lubang yang mengeluarkan getah.
ü Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi kemudian menggunakan insektisida Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion (Supracide 40 EC) yang disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.
Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)
ü Bagian yang diserang Helopeltis antonii.
ü Gejala: bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yg menjadi nekrosis.
ü Pengendalian: semprotkan insektisida Fenitrotionmothion (Sumicidine 50 EC), Fenithion (Lebaycid), Metamidofos (Tamaron), Methomil (Lannate 25 WP).
Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.)
ü Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk.
ü Gejala: bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah muda gugur sebelum tua.
ü Pengendalian: gunakan insektisida dgn bahan aktif Methomyl (Lannate 25 WP) dan Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian buang bagian yg diserang.
Thrips (Scirtotfrips citri.)
ü Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda.
ü Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadang disertai nekrotis.
ü Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari measuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Kemudian gunakan insektisida berbahan aktif Difocol (Kelthane) atau Z-Propargite (Omite) pada masa bertunas.
Kutu dompolon (Planococcus citri.)
ü Bagian yang diserang adalah tangkai buah.
ü Gejala: berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur.
ü Pengendalian: gunakan insektisda Methomyl (Lannate 25 WP), Triazophos (Fostathion 40 EC), Carbaryl (Sevin 85 S), Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian cegah datangnya semut yg dapat memindahkan kutu.
Lalat buah (Dacus sp.)
ü Bagian yang diserang adalah buah yang hampir masak.
ü Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah.
ü Pengendalian: gunakan insektisida Fenthion (Lebaycid 550 EC), Dimethoathe (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC) dicampur dgn Feromon Methyl-Eugenol atau protein Hydrolisate.
Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.)
ü Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai.
ü Gejala: daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dan cabang kering dan kulit retak buah gugur.
ü Pengendalian: gunakan pestisida Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G, Basazinon 45/30 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Dichlorophos (Nogos 50 EC), Methidhation (Supracide 40 EC).
Kumbang belalai (Maeuterpes dentipes.)
ü Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah.
ü Gejala: daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati.
ü Pengendalian: perbaiki sanitasi kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisida Carbaryl (Sevin 85 S) dan Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G).
b.      Penyakit Tanaman Jeruk Lemon
CVPD
ü Penyebab: Bacterium like organism dgn vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang.
ü Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye.
ü Pengendalian: gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi kebun minimal 5 km dari kebun yang terserang CVPD. Gunakan insektisida untuk vektor dan perhatikan sanitasi kebun yg baik.
Tristeza
ü Penyebab: virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserang batang bawah Japanese citroen.
ü Gejala: lekuk batang, daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat.
ü Pengendalian: perhatikan sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yang terserang, kemudian kendalikan vektor dgn insektisida Supracide atau
Cascade.
Woody gall (Vein Enation)
ü Penyebab: virus Citrus Vein Enation dgn vektor Toxoptera citridus, Aphis gossypii. Bagian yang diserang: Rough lemon dan Sour
Orange.
ü Gejala: Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun di permukaan daun.
ü Pengendalian: gunaan mata tempel bebas virus dan perhatikan sanitasi lingkungan.
Blendok
ü Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang atau cabang.
ü Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas.
ü Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi, bekas potongan diberi karbolineum atau fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun.
Embun tepung
ü Penyebab: jamur Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan tangkai muda.
ü Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda.
ü Pengendalian: gunakan fungisida Pyrazophos (Afugan) dan Bupirimate (Nimrot 25 EC).
Kudis
ü Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai atau buah.
ü Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye.
ü Pengendalian: pemangkasan teratur. Kemudian gunakan Fungisida Dithiocarbamate /Benomyl (Benlate).
Busuk buah
ü Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian yang diserang adalah buah.
ü Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit.
ü Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air panas/fungisida benpmyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.
Busuk akar dan pangkal batang
ü Penyebab: jamur Phyrophthoranicotianae. Bagian yang diserang adalah akar dan pangkal batang serta daun di bagian ujung dahan berwarna kuning.
ü Gejala: tunas tidak segar, tanaman kering.
ü Pengendalian: pengolahan dan pengairan yg baik, sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah.
Buah gugur prematur
ü Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yang diserang: buah dan bunga
ü Gejala: dua-empat minggu sebelum panen buah gugur.
ü Pengendalian: Fungisida Benomyl (Benlate) atau Caprafol.
Jamur upas
ü Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian yang diserang adalah batang.
ü Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas.
ü Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan disaput fungisida carbolineum. Kemudian potong cabang yg terinfeksi.
Kanker
ü Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai, buah.
ü Gejala: bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti gabus pecah dengan diameter 3-5 mm.
ü Pengendalian: Fungisida Cu seperti Bubur Bordeaux, Copper oxychlorida. Selain itu untuk mencegah serangan ulat peliang daun adalah dengan mencelupkan mata tempel ke dalam 1.000 ppm Streptomycin selama 1 jam.

2.5.4        Panen dan Pasca Panen Jeruk Lemon
a.      Panen jeruk Lemon
ü  Ciri dan Umur Panen
Buah jeruk lemon dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara 28–36 minggu, tergantung jenis/varietasnya.
ü  Cara Panen
Buah dipetik dgn menggunakan gunting pangkas.
ü  Perkiraan Produksi
Rata-rata tiap pohon dapat menghasilkan 300-400 buah per tahun, kadang-kadang sampai 500 buah per tahun. Produksi jeruk lemon di Indonesia sekitar 5,1 ton/ha masih di bawah produksi di negara subtropis yang dapat mencapai 40 ton/ha.
b.      Pasca panen
ü  Pengumpulan
Di kebun, buah dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih. Pisahkan buah yg mutunya rendah, memar dan buang buah yang rusak. Sortasi dilakukan berdasarkan diameter dan berat buah yang biasanya terdiri atas 4 kelas. Kelas A adalah buah dgn diameter dan berat terbesar sedangkan kelas D memiliki diameter dan berat terkecil.
ü  Penyortiran dan Penggolongan
Setelah buah dipetik dan dikumpulkan, selanjutnya buah disortasi/dipisahkan dari buah yg busuk. Kemudian buah jeruk lemon digolongkan sesuai dengan ukuran dan jenisnya.
ü  Penyimpanan
Untuk
menyimpan lemon, gunakan tempat yang sehat dan bersih dengan temperatur ruangan 8-10 derajat C.
ü  Pengemasan
Sebelum pengiriman, buah dikemas dalam keranjang bambu/kayu tebal yang tidak terlalu berat untuk kebutuhan lokal dan kardus untuk ekspor. Pengepakan jangan terlalu padat agar buah tidak rusak. Buah disusun sedemikian rupa sehingga di antara buah jeruk ada ruang udara bebas tetapi buah tidak dapat bergerak. Wadah untuk mengemas jeruk berkapasitas 50-60 kg.
ü  Standar produksi
Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.
Diskripsi
ü  Klasifikasi dan Standar Mutu
Jeruk lemon digolongkan dalam 4 (empat) ukuran yaitu kelas A, B, C dan D, berdasarkan berat tiap buah, yang masing-masing digolongkan dalam 2 (dua) jenis mutu, yaitu Mutu I dan Mutu II.
·        Kelas A: diameter ˜ 7,1 cm atau ˜ 151 gram/buah.
·        Kelas B: diameter 6,1–7,0 cm atau 101–150 gram/buah
·        Kelas C: diameter 5,1–6,0 cm atau 51–100 gram/buah
·        Kelas D: diameter 4,0–5,0 cm atau ˜ 50 gram/buah
Adapun syarat mutu jeruk lemon adalah sebagai berikut :
1.    Keasamaan sifat varietas: Seragam, cara uji organoleptik
2.    Tingkat ketuaan: Tua, tidak terlalu matang, cara uji organoleptik
3.    Kekerasan: Cukup keras, cara uji organoleptik
4.    Ukuran: Kurang seragam, cara uji SP-SMP-309-1981
5.    Kerusakan, % (jml/jml): maks 5-10, cara uji SP-SMP-310-1981
6.    Kotoran: bebas, bebas, cara uji organoleptik
7.    Busuk % (jml/jml): maks.1-2, cara uji SP-SMP-311-1981
ü  Pengambilan Contoh
      Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampai diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.
1.    Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dgn 100, contoh yang diambil 5.
2.    Jumlah kemasan dalam partai (lot)101 sampai dengan 300, contoh yang diambil 7.
3.    Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.
4.    Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.
5.    Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15 (minimum).
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yg berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dgn badan hukum.
ü  Pengemasan
Lemon dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih, negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.

2.6  Pengaruh Budidaya Jeruk Lemon Terhadap Hasil Minyak Atsiri
      Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak  ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada suhu kamar mudah menguap. Minyak atsiri memiliki banyak pengemar di dalam negeri maupun luar negeri. Dengan banyaknya pengemar tersebut berarti kebutuhan akan minyak atsiri juga akan semakin mengalami peningkatan.
      Jeruk lemon merupakan salah satu tanaman yang banyak terdapat di Indonesia. Walaupun dengan harga yang mahal namun jeruk lemon tetap saja banyak peminatnya. Semakin banyaknya jeruk lemon yang di butuhkan oleh masyarakat maka semakin diperlukannya bahan baku buah lemon. Potensi ini seharusnya di manfaatkan oleh masyarakat dengan melihat budidaya lemon cukup mudah dikembangkan tidak salahnya tanaman lemon dapat dijadikan alternatif tanaman budidaya.
      Selain itu semakin banyaknya budidaya lemon di kalangan masyarakat maka semakin meningkatkan produksi lemon di kalangan produsen. Hal ini merupakan suatu hal yang menguntungkan karena produsen dapat memberikan perhatian penuh terhadap tanaman buah lemon.
      Kualitas jeruk lemon budidaya juga mempengaruhi adanya kualitas minyak atsiri itu sendiri. Semakin bagus kualitas buah lemonnya maka semakin tinggi pula kualitas dan kuantitas dari jeruk lemon itu sendiri. Oleh karena itu potensi ini perlu dikembangkan untuk ke depannya.



DAFTAR PUSTAKA

Bangkaha, 2011. Pengertian Destilasi (Penyulingan) http://bangkaha.blogspot.com/2011/12/ pengertian-distilasi-penyulingan.html diakses tanggal 20 Mei 2013
Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri Jilid 1. Jakarta UI Press.
Hidayat, 2012. Pengertian destilasi http://hidayatafif1994.blogspot. com/ 2012/12 /pengertian -distilasi.html diakses tanggal 20 Mei 2013
Kastianti, N. dan Amalia, Z.Q. 2008.Laporan Penelitian Pengambilan Minyak Atsiri Kulit Jeruk dengan Metode Ekstraksi Distilasi Vakum. Semarang: Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Undip.