BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekstraksi
adalah salah satu proses pemisahan atau pemurnian suatu senyawa dari
campurannya dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat
mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material suatu bahan
lainnya. Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan yang menggunakan sifat
fisis, yaitu perbedaan kelarutan komponen-komponen dalam larutan dengan
menggunakan larutan lain sebagai media pemisah. Pemisahan larutan dengan
ekstraksi digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang
mempunyai perbedaan titik didih yang relatif kecil tetapi mempunyai
perbedaan kelarutan yang cukup besar dengan suatu pelarut. Ekstraksi cair-cair
menggunakan prinsip kesetimbangan dengan perpindahan massa zat terlarut (fasa
disperse) dan larutan yang diekstraksi kelarutan yang digunakan sebagai pelarut
(fasa kontinu). Menurut Ladda (1976), ekstraksi cair-cair digunakan jika
pemisahan dengan operasi lainnya tidak dapat dicapai seperti: distilasi,
evaporasi, kristalisasi dan lain-lain. Ekstraksi cair-cair adalah proses
pemisahan suatu komponen dari fasa cair ke fasa cair lainnya.
Minyak kulit jeruk
merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang sering juga disebut dengan minyak
eteris. Minyak atsiri atau minyak eteris adalah istilah yang digunakan untuk
minyak yang mudah menguap dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda.
Di Indonesia kulit buah jeruk biasanya hanya di buang sebagai sampah dan saat
ini menjadi masalah di kota-kota besar. Untuk mengatasi masalah hal tersebut,
salah satu upaya yang biasa dilakukan adalah mengolah atau mendaur-ulang sampah
menjadi produk atau bahan yang berguna, yaitu minyak atsiri dari kulit jeruk.
Proses pembuatan minyak kulit jeruk dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,
diantaranya yaitu destilasi air, destilasi uap dan air dan destilasi uap. Dalam
percabaan ekstraksi ini maka digunakan ekstraksi minyak atsiri kulit jeruk
lemon karena mempermudah dalam proses destilasi dari bahan tersebut.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui cara mengekstraksi
minyak atsiri dari tanaman jeruk lemon.
Untuk mengetahui manfaat dari
ekstraksi tanaman.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Ekstraksi Minyak Atsiri
Prinsip
ekstraksi adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut organik
yang mudah menguap. Proses ekstraksi biasanya dilakukan dalam wadah (ketel)
yang disebut ”extractor”. Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan
untuk mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan dengan uap
dan air, terutama untuk mengekstrak minyak dari bunga-bungaan misalnya bunga
cempaka, melati, mawar, kenanga, lily, dan lain-lain. Pelarut yang biasanya
digunakan dalam ekstraksi yaitu: petroleum eter, benzena, dan alkohol
(Guenther, 1987).
Syarat pelarut yang digunakan
(Guenther, 1987) sebagai berikut:
a.
Harus dapat melarutkan semua zat wangi
bunga dengan cepat dan sempurna, dan sedikit mungkin melarutkan bahan seperti:
lilin, pigmen, serta pelarut harus bersifat selektif.
b.
Harus mempunyai titik didih yang cukup
rendah, agar pelarut mudah diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi.
c.
Pelarut tidak boleh larut dalam air.
Pelarut harus bersifat inert, sehingga tidak bereaksi dengan komponen minyak
bunga. Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam, dan jika diuapkan
tidak akan tertinggal dalam minyak.
d.
Harga pelarut harus serendah mungkin,
dan tidak mudah terbakar. Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah
sebagai berikut:
·
Etanol
Etanol
disebut juga etil alkohol yang di pasaran lebih dikenal sebagai alcohol
merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Dalam kondisi kamar,
etanol berwujud cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna.
·
n-heksana
Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon
alkana dengan rumus kimia C6H14 . Awalan heks- merujuk pada enam karbon
atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana berasal dari alkana,
yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut.
Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak
larut dalam air.
2.2 Pengertian Destilasi
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan
bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap
(volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga
menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat
yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Metode ini merupakan termasuk unit operasi
kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa
pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya.
Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.
Distilasi juga bisa dikatakan sebagai
proses pemisahan komponen yang ditujukan untuk memisahkan pelarut dan komponen
pelarutnya. Hasil distilasi disebut distilat dan sisanya disebut residu. Jika
hasil distilasinya berupa air, maka disebut sebagai aquadestilata (disingkat
aquades)..
2.3 Macam – Macam Metode Destilasi
a. Distilasi Sederhana
Pada distilasi sederhana, dasar
pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah satu
komponen bersifat volatil. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik
didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih,
juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi
gas. Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi distilasi
sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol.
b.
Distilasi
Fraksionisasi
Fungsi distilasi fraksionasi adalah
memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan
berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi ini juga dapat digunakan untuk
campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 °C dan bekerja pada
tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari distilasi jenis ini
digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam
minyak mentah
Perbedaan
distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi.
Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda
pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian
distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak
volatil cairannya.
c. Distilasi Uap
Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang
memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat
menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan
atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari
distilasi uap adalah dapat mendistilasi campuran senyawa di bawah titik didih
dari masing-masing senyawa campurannya. Selain itu distilasi uap dapat
digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi
dapat didistilasi dengan air. Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk
mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus,
minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari
tumbuhan.
Campuran dipanaskan melalui uap air yang
dialirkan ke dalam campuran dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap
dari campuran akan naik ke atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu
distilat.
d. Distilasi Vakum
Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin
didistilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau
mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas
150 °C. Metode distilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan
titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin, karena
komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi
tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai
penurun tekanan pada sistem distilasi ini.
2.4
Pengertian Minyak Atsiri
Menurut Ketaren, 1983, Minyak atsiri yang
dikenal dengan nama minyak eteris (essential oil) adalah minyak yang di
hasilkan dari tanaman dan mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa
mengalami dekomposisi. Minyak atsiri merupakan salah satu hasil metabolism
dalam tanaman yang terbentuk karena reksi berbagai senyawa kimia dan air. Sifat
dari minyak atsiri yang lain adalah mempunyai rasa getir, berbau sesuai dengan
bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organic seperti
alcohol,eter, petroleum,benzene dan tidak larut dalam air
Menurut Gunawan
& Mulyani, 2004,Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam
tanaman. Minyak ini disebut juga minyak
menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada suhu kamar mudah menguap.
Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam
keadaan segar dan murni, minyak atsiri
umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi. Untuk mencegahnya, minyak
atsiri ha rus disimpan dalam bejana
gelas yang berwarna gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk).
Menurut Doyle
dan Mungall, 1980, Minyak atsiri adalah minyak yang mudah menguap pada
temperatur kamar tanpa mengalami
dekomposisi, tetapi minyak atsiri dapat rusak karena penyimpanan jika minyak
atsiri dibiarkan lama. Minyak atsiri akan mengabsorpsi oksigen dari udara sehingga akan
berubah warna, aroma, dan kekentalan sehingga
sifat kimia minyak atsiri tersebut akan beruba. Minyak atsiri tidak larut dalam air, larut dalam
pelarut organik, dan berbau harum sesuai dengan tanaman penghasilnya
2.5 Deskripsi Tanaman Lemon
22.5.1 Klasifikasi Jeruk Lemon
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Sapindales
Famili: Rutaceae
Genus: Citrus
Spesies: C. limon
2.5.2 Morfologi Jeruk Lemon
Habitus
|
Pohon,
tinggi 3-4 m.
|
Batang
|
Tegak,
bulat, percabangan simpodial, berduri, hijau.
|
Daun
|
Tunggal,
berseling, lonjong, tepi rata, ujung dan
pangkal
meruncing, panjang 7-8 cm, lebar 4-5 cm,
tangkai
silindris, panjang 0,5-1 cm, hijau, pertulangan
menyirip,
hijau.
|
Bunga
|
Majemuk,
di ujung batang dan di ketiak daun,
tangkai
segi tiga, panjang 1-1,5 cm, hijau, kelopak
bentuk
bintang, hijau, benang sari panjang ± 1,5
cm,
kepala sari bentuk ginjal, kuning, tangkai putik
silindris,
panjang + 1 cm, kepala putik bulat, kuning,
mahkota
lima helai, bentuk bintang, putih kekuningan.
|
Buah
|
Buni,
bulat panjang, diameter 6-8 cm, kuning
kehijauan.
|
Biji
|
Bulat
telur, berkerut, putih.
|
Akar
|
Tunggang, kuning.
|
2.5.3
Budidaya
Jeruk Lemon
Syarat
tumbuh lemon
a.
Iklim
·
Kecepatan angin yg lebih dari 40-48% akan merontokkan
bunga dan buah. utk daerah yg intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman
penahan angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin.
·
Tergantung pada spesiesnya, lemon memerlukan
5-6, 6-7 atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk
perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman
ini sangat memerlukan air yg cukup terutama di bulan Juli-Agustus.
·
Temperatur optimal antara 25-30°C namun ada yg masih
dapat tumbuh normal pada 38°C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur 20°C.
·
Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yg terlindung
dari sinar matahari.
·
Kelembaban optimum utk pertumbuhan tanaman ini sekitar
70-80%.
b.
Media Tanam
·
Tanah yg baik untuk budidaya lemon adalah lempung
sampai lempung berpasir dgn fraksi liat 7- 27%, debu 25-50% dan pasir < 50%,
cukup humus, tata air dan udara baik.
·
Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk
budidaya jeruk lemon.
·
Derajat keasaman tanah (pH tanah) yg cocok utk
budidaya jeruk lemon adalah 5,5–6,5 dgn pH optimum 6.
·
Air tanah yg optimal berada pada kedalaman 150–200 cm
di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm.
Tanaman jeruk lemonmenyukai air yg mengandung garam sekitar 10%.
·
Tanaman jeruk lemon dapat tumbuh dgn baik di daerah yg
memiliki kemiringan sekitar 30°.
Cara Budidaya
a.
Pembibitan
ü Persyaratan
Bibit
Bibit jeruk lemon yang
biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif berupa penyambungan tunas
pucuk. Bibit yg baik adalah yg bebas penyakit, mirip dgn induknya (true to
type), subur, berdiameter batang 2-3 cm, permukaan batang halus, akar serabut
banyak, akar tunggang berukuran sedang dan memiliki sertifikasi penangkaran
bibit.
ü Penyiapan
Bibit
Bibit yang
biasa digunakan untuk budidaya lemon didapatkan dengan cara generatif dan
vegetatif.
ü Teknik
Penyemaian Bibit
a.
Cara generatif
Biji diambil
dari buah dgn cara memeras buah yg telah dipotong. Biji dikering anginkan di
tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya hilang. Areal
persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30-40 cm dan dibuat
petakan persemaian berukuran 1,15-1,20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak
petakan 0,5-1 m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m². Biji
ditanam dalam alur dgn jarak tanam 1-1,5 x 2 cm dan langsung disiram. Setelah
tanam, persemaian diberi atap. Bibit dipindah tanam ke dalam polibag 15 x 35 cm
setelah tingginya 20 cm pada umur 3-5 bulan. Media tumbuh dalam polibag adalah
campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk kandang, sekam, pasir
(1:1:1).
b.
Cara Vegetatif Lemon
Metode yang
lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. untuk
kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (onderstam/rootstock) yg dipilih
dari jenis lemon dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan
tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan
nematoda. Varietas batang bawah yg biasa digunakan oleh penangkar adalah
Japanese citroen, Rough lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo citrange.
b.
Pengolahan Media Tanam Jeruk
Jeruk
lemon di tanam di
lahan berlereng. Jika ditanam di suatu bukit perlu dibuat sengkedan/teras.
Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari tanaman lain atau sisa-sisa tanaman.
Jarak tanam bervariasi untuk setiap jenis jeruk dapat dilihat pada data berikut
ini:
Sitrun (Citroen) : jarak tanam 6 x 7
m
Nipis : jarak tanam 4 x 4 m
Lubang
tanam hanya dibuat pada tanah yg belum diolah dan dibuat 2 minggu sebelum tanam.
Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari lapisan atas tanah (25 cm).
Tanah berasal dari lapisan atas dicampur dgn 20 kg pupuk kandang. Setelah
penanaman tanah dikembalikan lagi ke tempat asalnya.
c. Teknik
Penanaman
Bibit
jeruk lemon dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia air
untuk menyirami, tetapi sebaiknya ditanam diawal musim hujan. Sebelum ditanam,
perlu dilakukan:
·
Pengurangan daun dan cabang yg berlebihan.
·
Pengurangan akar.
·
Pengaturan posisi akar agar jangan ada yang terlipat.
·
Setelah bibit ditaman, siram secukupnya dan diberi
mulsa jerami, daun kelapa atau daun-daun yang bebas penyakit di sekitarnya.
Letakkan mulsa sedemikian rupa agar tidak menyentuh batang untuk menghindari
kebusukan batang. Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya saling menaungi,
dapat ditanam tanaman sela baik kacang-kacangan/sayuran. Setelah tajuk saling
menutupi, tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum penutup tanah yang
sekaligus berfungsi sebagai penambah nitrogen bagi tanaman jeruk.
d.
Pemeliharaan Tanaman
a.
Penyulaman : Dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh.
b.
Penyiangan : Gulma dibersihkan sesuai dengan frekuensi
pertumbuhannya, pada saat pemupukan juga dilakukan penyiangan.
c.
Pembubunan : Jika ditanam di tanah berlereng, perlu
diperhatikan apakah ada tanah di sekitar perakaran yg tererosi. Penambahan
tanah perlu dilakukan jika pangkal akar sudah mulai terlihat.
d.
Pemangkasan : Pemangkasan bertujuan untuk membentuk
tajuk pohon dan menghilangkan cabang yang sakit, kering dan tidak
produktif/tidak diinginkan. Dari tunas-tunas awal yang tumbuh biarkan 3-4 tunas
pada jarak seragam yang kelak akan membentuk tajuk pohon. Pada pertumbuhan
selanjutnya, setiap cabang memiliki 3-4 ranting atau kelipatannya. Bekas luka
pangkasan ditutup dgn fungisida atau lilin untuk mencegah penyakit. Sebaiknya
celupkan dulu gunting pangkas ke dalam Klorox/alkohol. Ranting yg sakit dibakar
atau dikubur dalam tanah.
e.
Pemupukan : Pemberian jenis pupuk dan dosis
(gram/tanaman) setelah penanaman adalah sebagai berikut:
·
1 bulan: Urea=100; ZA=200; TSP=25; ZK=100; Dolomit=20;
P.kandang=20 kg/tan.
·
2 bulan: Urea=200; ZA=400; TSP=50; ZK=200; Dolomit=40;
P.kandang=40 kg/tan.
·
3 bulan: Urea=300; ZA=600; TSP=75; ZK=300; Dolomit=60;
P.kandang=60 kg/tan.
·
4 bulan: Urea=400; ZA=800; TSP=100; ZK=400;
Dolomit=80; P.kandang=80 kg/tan.
·
5 bulan: Urea=500; ZA=1000; TSP=125; ZK=500;
Dolomit=100; P.kandang=100 kg/tan.
·
6 bulan: Urea=600; ZA=1200; TSP=150; ZK=600;
Dolomit=120; P.kandang=120 kg/tan.
·
7 bulan: Urea=700; ZA=1400; TSP=175; ZK=700;
Dolomit=140; P.kandang=140 kg/tan.;
·
8 bulan: Urea=800; ZA=1600; TSP=200; ZK=800;
Dolomit=160; P.kandang=160 kg/tan.
·
>8 bulan: Urea >1000; ZA=2000; TSP=200; ZK=800;
Dolomit=200; P.kandang=200 kg/tan.
f.
Pengairan dan Penyiraman : Penyiraman jangan
menggenangi batang akar. Tanaman diairi sedikitnya satu kali dalam seminggu
pada musim kemarau. Jika air kurang tersedia, tanah di sekitar tanaman
digemburkan dan ditutup mulsa.
g. Penjarangan
jeruk lemon : Pada tahun di mana pohon jeruk lemon berbuah lebat, perlu
dilakukan penjarangan supaya pohon mampu mendukung pertumbuhan dan bobot buah
serta kualitas buah terjaga. Buah yang dibuang meliputi buah yang sakit, yang
tidak terkena sinar matahari (di dalam kerimbunan daun) dan kelebihan buah di
dalam satu tangkai.
Hama dan penyakit
Kutu loncat
(Diaphorina citri.)
ü
Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun,
tunas, daun muda.
ü
Gejala: tunas keriting, tanaman mati.
ü
Pengendalian: menggunakan insektisida bahan aktif
dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC), Monocrotophos (Azodrin 60 WSC) dan
endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC). Penyemprotan dilakukan
menjelang dan saat bertunas, Selain itu buang bagian yang terserang.
Kutu daun (Toxoptera
citridus aurantii, Aphis gossypii.)
ü
Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga.
ü
Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun
dewasa.
ü
Pengendalian: menggunakan insektisida dgn bahan aktif
Methidathion (Supracide 40 EC), Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cygon),
Diazinon (Basudin 60 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Malathion (Gisonthion
50 EC).
Ulat peliang daun (Phyllocnistis
citrella.)
ü
Bagian yang diserang adalah daun muda.
ü
Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan,
tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok.
ü
Pengendalian: semprotkan insektisida dengan bahan
aktif Methidathion (Supracide 40 EC, Basudin 60 EC), Malathion (Gisonthion 50
EC, 50 WP), Diazinon (Basazinon 45/30 EC). Kemudian daun dipetik dan dibenamkan
dalam tanah.
Tungau (Tenuipalsus
sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp)
ü
Bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah.
ü
Gejala: bercak keperak-perakan atau coklat pada buah
dan bercak kuning atau coklat pada daun.
ü
Pengendalian: semprotkan insektisida Propargite
(Omite), Cyhexation (Plictran), Dicofol (Kelthane), Oxythioquimox (Morestan 25
WP, Dicarbam 50 WP).
Penggerek buah (Citripestis
sagittiferella.)
ü
Bagian yang diserang adalah buah.
ü
Gejala: lubang yang mengeluarkan getah.
ü
Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi kemudian
menggunakan insektisida Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion
(Supracide 40 EC) yang disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.
Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)
ü
Bagian yang diserang Helopeltis antonii.
ü
Gejala: bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna
lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yg
menjadi nekrosis.
ü
Pengendalian: semprotkan insektisida
Fenitrotionmothion (Sumicidine 50 EC), Fenithion (Lebaycid), Metamidofos
(Tamaron), Methomil (Lannate 25 WP).
Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.)
ü
Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk.
ü
Gejala: bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5
cm, bunga mudah rontok, buah muda gugur sebelum tua.
ü
Pengendalian: gunakan insektisida dgn bahan aktif
Methomyl (Lannate 25 WP) dan Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian buang
bagian yg diserang.
Thrips (Scirtotfrips
citri.)
ü
Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda.
ü
Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung ke
atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna
coklat keabu-abuan kadang-kadang disertai nekrotis.
ü
Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu
rapat dan sinar matahari measuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami.
Kemudian gunakan insektisida berbahan aktif Difocol (Kelthane) atau
Z-Propargite (Omite) pada masa bertunas.
Kutu dompolon (Planococcus
citri.)
ü
Bagian yang diserang adalah tangkai buah.
ü
Gejala: berkas berwarna kuning, mengering dan buah
gugur.
ü
Pengendalian: gunakan insektisda Methomyl (Lannate 25
WP), Triazophos (Fostathion 40 EC), Carbaryl (Sevin 85 S), Methidathion
(Supracide 40 EC). Kemudian cegah datangnya semut yg dapat memindahkan kutu.
Lalat buah (Dacus
sp.)
ü
Bagian yang diserang adalah buah yang hampir masak.
ü
Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah gugur,
belatung kecil di bagian dalam buah.
ü
Pengendalian: gunakan insektisida Fenthion (Lebaycid
550 EC), Dimethoathe (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC) dicampur dgn Feromon
Methyl-Eugenol atau protein Hydrolisate.
Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.)
ü
Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai.
ü
Gejala: daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan
gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dan cabang kering dan
kulit retak buah gugur.
ü
Pengendalian: gunakan pestisida Diazinon (Basudin 60
EC, 10 G, Basazinon 45/30 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Dichlorophos
(Nogos 50 EC), Methidhation (Supracide 40 EC).
Kumbang belalai (Maeuterpes
dentipes.)
ü
Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau
dahan bagian bawah.
ü
Gejala: daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati.
ü
Pengendalian: perbaiki sanitasi kebun, kurangi
kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisida Carbaryl (Sevin 85 S) dan
Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G).
CVPD
ü
Penyebab: Bacterium like organism dgn vektor kutu
loncat Diaphorina citri. Bagian yang
diserang: silinder pusat (phloem) batang.
ü
Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam,
biji rusak dan pangkal buah oranye.
ü
Pengendalian: gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD.
Selain itu penempatan lokasi kebun minimal 5 km dari kebun yang terserang
CVPD. Gunakan insektisida untuk vektor dan perhatikan sanitasi kebun yg baik.
Tristeza
ü
Penyebab: virus Citrus tristeza dengan vektor
Toxoptera. Bagian yang diserang batang bawah Japanese citroen.
ü
Gejala: lekuk batang, daun kaku pemucatan, vena daun,
pertumbuhan terhambat.
ü
Pengendalian: perhatikan sanitasi kebun, memusnahkan
tanaman yang terserang, kemudian kendalikan vektor dgn insektisida Supracide
atau
Cascade.
Cascade.
Woody gall (Vein Enation)
ü
Penyebab: virus Citrus Vein Enation dgn vektor
Toxoptera citridus, Aphis gossypii. Bagian yang diserang: Rough lemon dan Sour
Orange.
Orange.
ü
Gejala: Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada
tulang daun di permukaan daun.
ü
Pengendalian: gunaan mata tempel bebas virus dan
perhatikan sanitasi lingkungan.
Blendok
ü
Penyebab: jamur Diplodia
natalensis. Bagian yang diserang adalah batang atau cabang.
ü
Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang
menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan
mengelupas.
ü
Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi, bekas
potongan diberi karbolineum atau fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali
dalam setahun.
Embun tepung
ü
Penyebab: jamur Odidium
tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan tangkai muda.
ü
Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai
muda.
ü
Pengendalian: gunakan fungisida Pyrazophos (Afugan)
dan Bupirimate (Nimrot 25 EC).
Kudis
ü
Penyebab: jamur Sphaceloma
fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai atau buah.
ü
Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus
berwarna kuning atau oranye.
ü
Pengendalian: pemangkasan teratur. Kemudian gunakan
Fungisida Dithiocarbamate /Benomyl (Benlate).
Busuk buah
ü
Penyebab: Penicillium
spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian yang
diserang adalah buah.
ü
Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau
kebiruan pada permukaan kulit.
ü
Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, celupkan buah
ke dalam air panas/fungisida benpmyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian
bawah pohon.
Busuk akar dan pangkal batang
ü
Penyebab: jamur Phyrophthoranicotianae.
Bagian yang diserang adalah akar dan pangkal batang serta daun di bagian ujung
dahan berwarna kuning.
ü
Gejala: tunas tidak segar, tanaman kering.
ü
Pengendalian: pengolahan dan pengairan yg baik,
sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari
permukaan tanah.
Buah gugur prematur
ü
Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria
sp. Bagian yang diserang: buah dan bunga
ü
Gejala: dua-empat minggu sebelum panen buah gugur.
ü
Pengendalian: Fungisida Benomyl (Benlate) atau
Caprafol.
Jamur upas
ü
Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian yang diserang
adalah batang.
ü
Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya
gom, batang kering dan sulit dikelupas.
ü
Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan
disaput fungisida carbolineum. Kemudian potong cabang yg terinfeksi.
Kanker
ü
Penyebab: bakteri Xanthomonas
campestris Cv. Citri. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai, buah.
ü
Gejala: bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning
di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti gabus pecah dengan diameter
3-5 mm.
ü
Pengendalian: Fungisida Cu seperti Bubur Bordeaux, Copper
oxychlorida. Selain itu untuk mencegah serangan ulat peliang daun adalah dengan
mencelupkan mata tempel ke dalam 1.000 ppm Streptomycin selama 1 jam.
2.5.4
Panen
dan Pasca Panen Jeruk Lemon
a. Panen jeruk
Lemon
ü Ciri dan
Umur Panen
Buah jeruk
lemon dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara
28–36 minggu, tergantung jenis/varietasnya.
ü Cara Panen
Buah dipetik dgn menggunakan gunting pangkas.
ü Perkiraan
Produksi
Rata-rata tiap pohon dapat menghasilkan 300-400 buah
per tahun, kadang-kadang sampai 500 buah per tahun. Produksi jeruk lemon di
Indonesia sekitar 5,1 ton/ha masih di bawah produksi di negara subtropis yang
dapat mencapai 40 ton/ha.
b. Pasca panen
ü Pengumpulan
Di kebun, buah dikumpulkan di tempat yang teduh dan
bersih. Pisahkan buah yg mutunya rendah, memar dan buang buah yang rusak.
Sortasi dilakukan berdasarkan diameter dan berat buah yang biasanya terdiri
atas 4 kelas. Kelas A adalah buah dgn diameter dan berat terbesar sedangkan
kelas D memiliki diameter dan berat terkecil.
ü Penyortiran
dan Penggolongan
Setelah buah dipetik dan dikumpulkan, selanjutnya buah
disortasi/dipisahkan dari buah yg busuk. Kemudian buah jeruk lemon digolongkan
sesuai dengan ukuran dan jenisnya.
ü Penyimpanan
Untuk menyimpan lemon, gunakan tempat yang sehat dan bersih dengan temperatur ruangan 8-10 derajat C.
Untuk menyimpan lemon, gunakan tempat yang sehat dan bersih dengan temperatur ruangan 8-10 derajat C.
ü Pengemasan
Sebelum pengiriman, buah dikemas dalam keranjang
bambu/kayu tebal yang tidak terlalu berat untuk kebutuhan lokal dan kardus
untuk ekspor. Pengepakan jangan terlalu padat agar buah tidak rusak. Buah
disusun sedemikian rupa sehingga di antara buah jeruk ada ruang udara bebas
tetapi buah tidak dapat bergerak. Wadah untuk mengemas jeruk berkapasitas 50-60
kg.
ü Standar
produksi
Ruang
Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara
pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.
Diskripsi
ü Klasifikasi
dan Standar Mutu
Jeruk lemon digolongkan dalam 4 (empat) ukuran yaitu
kelas A, B, C dan D, berdasarkan berat tiap buah, yang masing-masing
digolongkan dalam 2 (dua) jenis mutu, yaitu Mutu I dan Mutu II.
·
Kelas A: diameter ˜ 7,1 cm atau ˜ 151 gram/buah.
·
Kelas B: diameter 6,1–7,0 cm atau 101–150 gram/buah
·
Kelas C: diameter 5,1–6,0 cm atau 51–100 gram/buah
·
Kelas D: diameter 4,0–5,0 cm atau ˜ 50 gram/buah
1.
Keasamaan sifat varietas: Seragam, cara uji
organoleptik
2.
Tingkat ketuaan: Tua, tidak terlalu matang, cara uji
organoleptik
3.
Kekerasan: Cukup keras, cara uji organoleptik
4.
Ukuran: Kurang seragam, cara uji SP-SMP-309-1981
5.
Kerusakan, % (jml/jml): maks 5-10, cara uji
SP-SMP-310-1981
6.
Kotoran: bebas, bebas, cara uji organoleptik
7.
Busuk % (jml/jml): maks.1-2, cara uji SP-SMP-311-1981
ü Pengambilan
Contoh
Contoh
diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari
setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah dan
bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampai
diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.
1.
Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dgn 100,
contoh yang diambil 5.
2.
Jumlah kemasan dalam partai (lot)101 sampai dengan
300, contoh yang diambil 7.
3.
Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang
diambil 9.
4.
Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh
yang diambil 10.
5.
Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000,
contoh yang diambil 15 (minimum).
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yg berpengalaman
atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dgn badan hukum.
ü Pengemasan
Lemon dikemas
dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih maksimum 30 kg.
Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang,
golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih, negara/tempat
tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.
2.6 Pengaruh Budidaya Jeruk Lemon
Terhadap Hasil Minyak Atsiri
Minyak atsiri
adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris,
minyak esensial karena pada suhu kamar mudah menguap. Minyak atsiri memiliki
banyak pengemar di dalam negeri maupun luar negeri. Dengan banyaknya pengemar
tersebut berarti kebutuhan akan minyak atsiri juga akan semakin mengalami
peningkatan.
Jeruk lemon
merupakan salah satu tanaman yang banyak terdapat di Indonesia. Walaupun dengan
harga yang mahal namun jeruk lemon tetap saja banyak peminatnya. Semakin
banyaknya jeruk lemon yang di butuhkan oleh masyarakat maka semakin diperlukannya
bahan baku buah lemon. Potensi ini seharusnya di manfaatkan oleh masyarakat
dengan melihat budidaya lemon cukup mudah dikembangkan tidak salahnya tanaman
lemon dapat dijadikan alternatif tanaman budidaya.
Selain itu
semakin banyaknya budidaya lemon di kalangan masyarakat maka semakin
meningkatkan produksi lemon di kalangan produsen. Hal ini merupakan suatu hal
yang menguntungkan karena produsen dapat memberikan perhatian penuh terhadap
tanaman buah lemon.
Kualitas jeruk
lemon budidaya juga mempengaruhi adanya kualitas minyak atsiri itu sendiri.
Semakin bagus kualitas buah lemonnya maka semakin tinggi pula kualitas dan
kuantitas dari jeruk lemon itu sendiri. Oleh karena itu potensi ini perlu
dikembangkan untuk ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bangkaha,
2011. Pengertian Destilasi (Penyulingan) http://bangkaha.blogspot.com/2011/12/
pengertian-distilasi-penyulingan.html diakses tanggal 20 Mei
2013
Guenther,
E. 1987. Minyak Atsiri Jilid 1. Jakarta UI Press.
Hidayat,
2012. Pengertian destilasi http://hidayatafif1994.blogspot. com/ 2012/12
/pengertian -distilasi.html diakses tanggal 20 Mei
2013
Kastianti,
N. dan Amalia, Z.Q. 2008.Laporan Penelitian Pengambilan Minyak Atsiri
Kulit Jeruk dengan Metode Ekstraksi Distilasi Vakum. Semarang: Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Undip.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar